Senin, 26 Mei 2008

BBM Bikin bingung masyarakat

Pemerintah untuk menaikkan harga BBM haruslah kita sikapi secara bijaksana, dengan pertimbangan subsidi pemerintah untuk BBM yang terlalu besar dapat mengancam APBN yang akan berakibat macetnya roda pemerintahan, karena APBN kita akan habis untuk mensubsidi BBM. kata pak menteri
Para elit politik yang pintar (memanfaatkan situasi untuk kepentingan pribadi dan kelompok) segera bereaksi keras dengan menolak rencana kenaikan harga BBM, Para mahasiswa yang cerdas (menurut dirinya sendiri) dari berbagai universitas juga dengan sangat sigap menolak kenaikan BBM dengan demonstrasi (cenderung anarkhis, mencari popularitas atau bahkan keping rupiah “ada yang membayar”), mereka berlomba-lomba meneriakkan pembelaanyan pada rakyat kecil(miskin) yang akan semakin menjadi kecil dan sangat miskin jika terkena imbas kenaikan harga BBM,
Saya katakan demikian karena saya sendiri adalah rakyat kecil dan miskin, yang mempunyai 1 buah motor yang tiga hari sekali/ 1minggu sekalu membeli bensin Rp 10.000, (2,5 liter). subsidi yang saya terima tdak lebih dari Rp 5.000, setiap kali membeli bensin. Sangat kontras dengan “OM saya” yang mempunyai 3 mobil dan 2 motor dirumahnya, subsidi yang dia terima dari BBM tentu akan jauh lebih besar mungkin sampai Rp 600.000 per minggunya. Berbeda lagi dengan “Pak De saya” yang pejabat eselon dipemerintah yang mendapat jatah mobil dari kantor dan sekaligus bensinnya, yang digunakan tiap hari bahkan hari-hari libur masih dipakai sama keluarga / tetangganya (yang penggunaanya jauh dari perhitungan ekonomis), beliau mendapat subsidi dari APBN yang lebih besar lagi mungkin diatas Rp 2.000.000 tiap minggunya. itu dihitung dari mobil-mobil yang dipakainya + mobil dinas.
Apakah pejabat diatas pakde saya, yang tiap kali pergi pakai mobil dinas (yang kalau ga baru ga mau) masih dikawal beberapa mobil polisi dan mobil-mobil dinas bawahannya, yang saya sendiri tidak bisa menghitung berapa subsidi BBM yang dia habiskan.
Seandainya pemerintah mencabut subsidi BBM, siapa sih paling keberatan? apakah rakyat yang sangat miskin (tidak pernah beli bensin karena tidak punya kendaraan) apakah rakyat yang miskin (punya motor 1 atau 2 ) apakah rakyat yang cukup ( punya motor dan mobil) apakah rakyat yang kaya (punya beberapa mobil) apakah rakyat yang lain (pakai mobil negara, bensin negara, dipakai hari libur), kalau pergi masih dikawal beberapa mobil lagi.
Mana yang kita bela, rakyat yang mana yang kita “demo”kan
Kalau pemerintah mau menaikkan harga BBM saya sangat setuju, sukur-sukur pemerintah mau menjamin harga-harga sembako dapat terjangkau, uang sekolah/kuliah anak dapat subsidi.
Mulailah berpikir jernih, kalau pemerintah mau membagikan Bantuan Langsung Tunai kepada rakyat miskin saja anda halang-halangi (dengan alasan tidak mendidik, tidak tepat sasaran, dan tidak-tidak yang lain) lha mau kebagian apa rakyat miskin itu selain kebagian kewajiban membayar utang negara yang semakin besar.
Kalau ada muatan politik didalam pembagian BLT yang biarin saja toh rakyat miskin seperti saya tidak terlalu pusing urusan politik, siapapun yang jadi bupati, gurbenur, menteri, dpr bahkan presiden, nasib saya kan tidak pernah diusahakan pemerintah menjadi rakyat kaya, dibiarin saja menjadi rakyat miskin. sukur-sukur bantuan langsung tunai tersebut selalu ada ketika para elit politik rebutan jabatan, jadi rakyat miskin pernah ikut merasakan manisnya uang negara.
begitu aja kok repot

1 komentar:

  1. Ha...ha.... emang bener sih. Sebenarnya ini pemikiran beda,kritis yang kelihatannya ada benarnya juga. Masalahnya adalah... Apa iya kenaikan BBM hanya sendirian tidak diikuti kenaikan yang lain. Apa iya Subsidi yang dikurangi itu akan dapat mengurangi meinimal mempertahankan harga pokok hingga rakyat kebanyakan tetap bisa membeli. Yang pasti saat ini adalah kenaikan harga BBM ini telah dikuti harga bahan pokok yang jauh lebih tinggi. Saya tidak peduli berapa banyak uang negara yang pejabat dan penjahat makan. Biarlah itu urusan mereka dengan Tuhannya sendiri. Bagi saya yang penting bisa beli beras dan susu anak saya yang masih dalam proses pertumbuhan. Saya hanya berharap biarlah anak saya yang nantinya memperbaiki negeri ini.

    BalasHapus