Selasa, 20 Januari 2009

Ketika Sekolah tidak dipercaya untuk mendidik anak

Seorang murid kelas 8 SMP mengadukan gurunya kepolisi dengan didampingi oleh orangtuanya, mereka menuntut keadilan melalui jalur hukum, selang beberapa waktu sang gurupun dipanggil ke kantor polisi untuk dimintai keterangan, kemudian biasanya pihak kepolisian menyarankan jalan damai untuk kedua belah pihak, akan tetapi seolah jalan damai itu sudah tertutup rapat kemudian sang orang tua murid menuntut kepengadilan.....
Di semarang sering kita dengar dan kita baca adanya perkelahian atau tawuran antar anak sekolah dan ketika mereka ditangkap polisi dan dimintai keterangan akhirnya sebagian besar siswa sekolah tersebut tidak tahu persis apa sebab mereka ikut tawuran dan ikut terluka, jawaban mereka sepele dan begitu singkat "solider dengan teman"
Kekerasan guru terhadap siswa sering kita baca di media cetak, bahkan di televisi beritanya tayang berulang-ulang, ada juga salah satu televisi yang membuat acara infotaintment tentang guru tersebut, sebagian masyarakat berpendapat "orang itu tidak pantas menjadi guru", lantas pendapat itu kemudian ditulis dan dijelaskan di beberapa media cetak dengan mengacu pada buku petunjuk menjadi guru yang baik, dan disana ada tertulis bahwa seseorang yang pantas menjadi seorang guru yang baik adalah bla..bla...bla...
Adanya kecurangan pada pelaksanaan UAN Ujian Akhir Nasional yang melibatkan beberapa guru dan bahkan kepala sekolah, usaha itu dilakukan agar semua anak didiknya dapat lulus ujian dan melanjutkan pendidikannya...
Ada anak didik yang memprotes terhadap guru yang mengawasi ujian disekolahnya karena guru tersebut mondar-mandir dikelas saat mengawasi ujian dan hal tersebut mengganggu konsentrasinya dalam mengerjakan soal ujian (mungkin juga mempersempit peluang untuk berbuat curang),
Ditemukan kunci jawban soal ujian nasional maupun kebocoran soal ujian nasional dari tangan beberapa siswa sebuah sekolahan dan tidak pernah ditemukan (dicari) siapa yang dengan sengaja membocorkannya....
Demontrasi mahasiswa salah satu perguruan tinggi berahir dengan bentrok dengan aparat, dan berlanjut menjadi kerusuhan, beberapa mahasiswa dan bahkan masyarakat terluka dan harus dilarikan kerumah sakit dan beberapa saat kemudian beberapa mahasiswa ditangkap oleh polisi untuk dimintai keterangan...
Semua itu tidak bisa kita hitung secara matematis berapa orang yang pantas menjadi guru yang baik... dan berapa orang yang bisa menjadi guru yang baik...dan berapa orang yang mau menjadi guru....
Yang menjadi pertanyaan dibenak saya adalah apakah sekolah-sekolah kita "diIndonesia" masih menjadi tempat yang baik untuk mendidik anak-anak kita "generasi muda"...kalau jawabannya msih baik sekolah kita menjadi tempat mendidik anak-anak, darimana kita mesti memperbaikinya...dan kalau jawabannya sudah tidak baik lagi menjadi tempat mendidik anak-anak, lalu dimana kita akan menyekolahkan anak-anak kita, apakah mesti ke negeri tetangga? kalau sikap guru-guru sekarang ini dinilai kurang baik dan kompetensinya tidak mencukupi untuk dikatakan sebagai guru yang baik lalu siapakah yang bisa, mampu, dan mau untuk menjadi guru yang baik dan pantas untuk mengajar anak-anak, dimana lagi negara kita harus menciptakan guru yang baik dan kompeten, apakah harus kita mengambil guru dari negara tetangga...
Kalau kesejahteraan guru-guru kita tidak mencukupi untuk hidup yang layak dikarenakan pemerintah tidak mampu atau pihak penyelenggara pendidikan (swasta) tidak mampu untuk meningkatkan kesejahteraan guru lalu siapa lagi yang harus memikirnya dan meningkatkan taraf hidup mereka kalau bukan masyarakat sebagai pengguna jasa mereka..