Tahun ajaran baru adalah musim penerimaan siswa baru, yang bagi sekolah merupakan waktu tepat untuk pembuktian atas eksistensi sekolah kepada masyarakat. Sekolah yang favorit akan segera kebanjiran pendaftar bahkan memaksa sekolah sampai harus mengadakan tes untuk menyaringnya, agar didapat murid / calon murid (yang dapat mengharumkan nama sekolah). Beberapa sekolah yang kurang favorit harus berjuang lebih keras agar kapasitas kelas yang dibuka dapat terisi dengan penuh.
Bagi sebagian masyarakat yang mempunyai anak yang hendak mencari sekolah (yang diidamkannya) tentulah bukan merupakan soal yang mudah, ada banyak hal yang harus dipertimbangkan, yang pertama tentunya ongkos/biaya sekolah (tiap tahun semakin tinggi), ongkos/biaya transportasi(tiap bulan naik), ongkos/biaya hidup(tiap hari naik) belum lagi jika harus mempertimbangkan "kualitas sekolah", "fasilitas sekolah", dan lain sebagainya, yang barangkali akan membikin si orang tua semakin pusing tujuh keliling.
Kecenderungan pihak sekolah favorit selalu ingin mendapatkan siswa yang cerdas, iq tinggi ,berprestasi. Hal ini terjadi tidak hanya pada sekolah menengah saja tetapi juga perguruan tinggi. sehingga muncullah banyak cara untuk mewujudkan impian institusi pendidikan tersebut agar tetap berprestasi yaitu dengan melakukan tes masuk (UMPTN, tes Bakat, dan tes-tes lain) yang dilakukan jauh hari, bahkan sebelum diumumkannya kelulusan jenjang pendidikan dibawahnya, atau dengan membuat jurnal/rangking NEM (Nilai Ebtanas Murni) yang diterbitkan setiap hari selama jangka waktu penerimaan siswa baru, hal ini yang mengakibatkan banyak calon peserta didik (orang tua) yang meski berpikir lagi untuk mencari sekolah cadangan yang lain yang seringkali menetapkan cara yang sama untuk menyaring/mendapatkan peserta didik yang akan diterima (menyingkirkan peserta didik yang tidak mampu "secara iq maupun ekonomi"), sehingga banyak calon peserta didik yang tersingkir "disingkirkan".
mereka yang dikategorikan yang tidak pintar
mereka yang tidak mampu membayar
mereka yang tidak pintar sekaligus tidak mampu membayar
Bukankah pendidikan adalah hak setiap warga negara, bukan hanya milik mereka yang pandai dan kaya saja.............
Siapakah yang akan bertanggung jawab terhadap masa depan siswa yang tidak pintar, miskin, tidak pintar dan miskin ....................
Dimanakah mereka boleh bersekolah dan menuntut ilmu agar nasib mereka menjadi lebih baik ........."adakah sekolah untuk orang miskin, kurang pintar, kurang beruntung"
Itu baru sebagian kecil anak bangsa yang kurang beruntung atau tidak memiliki IQ tingi, masih banyak lagi masalah yang harus kita hadapi di dunia pendidikan (merosotnya nilai/moral bangsa, korupsi makin merajalela, kemiskinan, dll,
semoga bukan menjadi tanggung jawab sekolah kita tercinta......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar